"Yo'opo kabare rek...!!!" Itu adalah kata-kata orang
Surabaya yang berarti "bagaimana kabarnya teman" Kali ini kita akan
membahas tentang kota kelahiran saya Surabaya
Surabaya adalah Ibu Kota Provinsi Jawa Timur yang terletak di
tepi pantai utara provinsi Jawa Timur. Wilayahnya berbatasan dengan Selat Madura di Utara dan Timur,
Kabupaten Sidoarjo di Selatan, serta Kabupaten Gresik di
Barat. Surabaya berada pada dataran rendah, ketinggian antara 3 - 6 m di atas
permukaan laut kecuali di bagian Selatan terdapat 2 bukit landai yaitu di
daerah Lidah dan Gayungan ketinggiannya antara 25 - 50 m di atas permukaan laut
dan di bagian barat sedikit bergelombang. Surabaya terdapat muara Kali Mas, yakni satu dari
dua pecahan Sungai Brantas..
Surabaya merupakan kota terbesar di Indonesia setelah Jakarta dan sebagai kota metropolitan terbesar di
Provinsi Jawa Timur. Luas kota Surabaya + 333,063 km² dengan
penduduknya berjumlah 2.813.847 jiwa (2014). Surabaya juga disebut
sebagai Kota Pahlawan dikarenakan adanya pertempuran hebat antara Arek-arek
Surabaya melawan pasukan Belanda yang dimulai pada 10 November 1945. Untuk
menghargai jasa para pahlawan tanggal 10 November dijadikan sebagai Hari
Pahlawan Nasional.
Kata Surabaya sendiri berasal dari cerita mitos
pertengkaran antara hewan Sura (ikan hiu) dan Baya (Buaya) yang kemudian
digabung menjadi kata “Surabaya”, tapi ada juga yang mengatakan kata Surabaya
berasal dari kata “Sura” yang berarti Jaya atau selamat dan “Baya” yang berarti
bahaya, jadi Surabaya berarti "selamat menghadapi bahaya". Yang dimaksud dengan selamat menghadapi bahaya
adalah pertempuran melawan Belanda yang terjadi di Surabaya.
Suku Jawa adalah suku bangsa mayoritas di
Surabaya. Dibanding dengan masyarakat Jawa pada umumnya, Suku Jawa di Surabaya
memiliki temperamen yang sedikit lebih keras. Salah satu penyebabnya adalah jauhnya
Surabaya dari kraton yang merupakan pusat budaya Jawa.
Meskipun Jawa adalah suku mayoritas dengan presentase 83,68%,
tetapi Surabaya juga menjadi tempat tinggal berbagai suku bangsa di Indonesia,
termasuk suku Madura dengan
7,5%; Tionghoa dengan 7,25%; Arab dengan 2,04%;
dan sisanya merupakan suku bangsa lain seperti Bali, Batak, Bugis, Manado, Minangkabau, Dayak, Toraja, Ambon, dan Aceh atau warga asing.
Agama Islam adalah agama mayoritas penduduk
Surabaya dengan 86,53%. Surabaya
merupakan salah satu pusat penyebaran agama Islam yang paling awal di tanah
Jawa dan merupakan basis warga Nahdatul Ulama yang
beraliran moderat. Masjid Ampel didirikan
pada abad ke-15 oleh Sunan Ampel, salah satu pioner Walisongo.
Agama lain yang dianut sebagian warga adalah Protestan (8,09%),
Katolik (3,20%), Buddha (1,13%),
Hindu (0,26%), Konghucu (0,10%) , dan lain-lain
(0,02%). Walaupun Islam merupakan mayoritas di
Surabaya kerukunan umat beragama saling menghormati, menghargai dan saling
menolong untuk sesamanya cukuplah besar, niat masyarakat Surabaya dalam
menjalankan ibadahnya, hal ini bisa dilihat bangunan Masjid Agung Surabaya yang
merupakan masjid terbesar kedua di Indonesia setelah Masjid Istiqlal, Jakarta.
Surabaya memiliki dialek khas Bahasa
Jawa yang dikenal dengan “Boso Suroboyoan”.
Dialek ini dituturkan di daerah Surabaya dan sekitarnya, dan memiliki pengaruh
di bagian timur Provinsi Jawa Timur. Dialek ini dikenal keras, blak-blakan, dan
tidak mengenal ragam tingkatan bahasa seperti Bahasa Jawa standar pada umumnya.
Masyarakat Surabaya dikenal cukup fanatik dan bangga terhadap bahasanya. Tetapi oleh peradaban yang
sudah maju dan banyaknya pendatang yang datang ke Surabaya yang telah
mencampuradukkan bahasa Suroboyo, Jawa Ngoko dan Madura, bahasa asli Suroboyo
sudah punah.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar